Kamis, 12 April 2012

ASKEP APENDIKSITIS


Pengertian      
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.
Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dindi
  domen. Pelvis minor.
 askep-apendisitis1
Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007).










askep-apendisitis
askep-apendisitis2




 Keterangan :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan
nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.


Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Pemeriksaan diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr.D DENGAN DIAGNOSIS MEDIS APENDIKSITIS DI RUANG BEDAH RS X


. Pengkajian

  1. Identitas Pasien

Nama
:Sdr.D
Umur:25 tahun
Jenis kelamin:laki-laki

  1. Riwayat penyakit

    • Keluhan Utama: keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, klien mengeluh kesakitan pada bagian perut kuadran bawah dengan skala 9 terutama bila bergerak. Kien juga mengatakan belum bisa BAB sejak dioperasi,perut terasa penuh dan terdapat nyeri tekan

    • Riwayat Kesehatan masa lalu: tidak pernah menderita penyakit lain yang mengandung resiko serius

    • Keluahan penyakit sekarang: menderita Apendiksitis

    • Riwayat pengobatan terdahulu: hanya berobaat kedokter terdekat

E.PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1.pola persepsi kesehatan dan manajemen
Menurut Sdr.D kesehataan sangatlah penting dan mahal harganya,sehingga dibutuhkan makanan dan pola makan yang baik.
                    2.Pola Nutrisi
                       - Program Diit :
                       - Intake makanan
                         Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari
                         Selama Sakit : pasien makan 2x sehari tapi habis setengah porsi
                      - Intake Minuman
                        Sebelum sakit ; Pasien minum 8 gelas tiap harinya  
                        Selama  sakit : pasien minum 4 gelas tiap harinya
                   3.Pola eliminasi
                    - Buang air besar
                      Sebelum sakit : Pasien BAB 1 hari sekali
                      Selama Sakit : Pasien jarang BAB setiap harinya
                    -Buang air kecil
                      Sebelum sakit : pasien BAK 4-5 setiap harinya
                      Selama sakit : pasien BAK 3 setiap harinya
                 4.Pola aktifitas dan latihan
                     Sebelum Sakit : Pasien melakukan aktifitas sendiri
                     Selama sakit : pasien melakukan aktifitas di bantu orang lain
                 5.Pola Persepsi Tidak ada masalah
                 6.pola tidur dan istirahat Tidak ada masalah
                 7.Pol konsep pribadi dan persepsi pribadi tidak ada maslah
                   8.Pola peran dan hubungan tidak ada masalah
                   9.Pola Seksual reproduksi tidak ada masalah
                  10.Pola manajemen koping stress
     11. Pola nilai keyakinan

              

  1. Pemeriksaan Fisik
    • Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
    • Sirkulasi : Takikardia.
    • Pemeriksaan tanda-tanda vital:           TD:120/70mmHg RR:28x/menit N:120x/menit S:37’C
    • Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
    • Aktivitas/istirahat : Malaise.
    • Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
    •  abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising .

  1. Pemeriksaan Penunjang
    1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
    2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
Pengelompokan data
No.
Data
Problem
Etiologi
1.



 
2.

3.


4.
DS : Klien mengeluh kesakitan pada bagian perut bawah,Skala Nyeri 9 terutama bila bergerak
DO : Terdapat nyeri  tekan pd bagian perut kuadran kanan bawah,N = 37*c
DS : Klien  mengatakan perutnya terasa penuh , Klien mengatakan belum bisa BAB sejak dioperasi
DS : Klien mengatakan kesakitan pada bag.perut post operasi
DO : Terdapat nyeri tekan pd bag.perut post operasi.
Ds : Klien mengeluh kesakitan pd bagian perut saat bergerak
Do : Terdapat nyeri  tekan pda bagian perut kuadran kanan bawah
Nyeri akut




Gangguan Pola Eliminasi

Resiko Tinggi Infeksi


Intoleransi Aktifitas
Distensi jaringan usus oleh inflamasi



Post Operasi


Tidak adekuatnya pertahanan utama perforasi / ruptur pd apendiks
Kelmahan secara menyeluruh



RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa keperawatn
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dg criteria hasil :
- mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dg menggunakan managemen nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
-  Tanda vital dalam rentang normal.
a. Lakukan pengkajian nyeri  scr komprehensif trmasuk lokasi,karateristik,durasi,kualitas, dan faktor prespitasi
b.Pertahanankan tirah baring selama fase akut
c. Pertahankan istirahat dg posisi semi fowler
d. Berikan analgetik sesuai indikasi

a. Untuk mengetahui jenis nyeri yg dialami klien
b. Meminimalkan stimulasi/ meningkatan relaksasi
c. Grafitasi melokalisasi aksudat inflamasi dlm abdoment bawah / pelvis,menghilangkan tegangan abdoment yg bertambah dg posisi terlentang

d. Meningkatkan normalisasi fungsi organ,menurunkan ketidaknyamanan abdoment


2.










3.











4.
a. Setelah di lakukan tindakan kprwtan 2x24 jam diharapkan pasien :
- BAB Normal







Setelah dilakukan tindakan keprwtan selama 2x24 jam diharpkan klien bs beraktifitas dg normal dg criteria hasil :
- Berpatisipasi dlm aktifitas fisik
- mampu melakukan aktifitas sehari hari scr mandiri.


Setelah dilakukan tindakan keprwtn slama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi yg berlebih dg KH :
-Meningkatkan penyembuhan luka dg benar,bebas tanda infeksi /inflamasi,drainase purulen ,eritema,demam





- catat keluaran feses bisa keluar
- Observasi warna
- Lakukan Huknah
- Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat
- Awasi elektrolit,GDA, Kalsium





1.Kaji respon pasien terhadap aktifitas,perhatikan adnya prbhan dalam keluhan kelemahan,keletihan
2. Pertahankan tirah baring selama periode demam
3. Rencanakan perawatan dg periode istirahat.






- Awasi tanda vital, perhatikan demam, berkeringat,perubahan mental,meningkatnya nyeri abdomen.
- Lakukan pencucian tangan yg baik dan perawatan luka aseptic berikan perawatan paripurna
- Berikan antibiotic sesuai indikasi
4. Bantu irigasi dan drainase bila dindikasikan
- Penurunan fekal tiba tiba dapat mengidentifikasikan obstruksi idis fungsi
- Mengindikasikan warna feses
- Merangsang peristaltik usus agar bisa BAB
- Gangguan fungsi ginjal pd pasien dg saluran masalah usus meningkatkan resiko beratnya.

1.inflamasi dpt memungkinkan kerusakan fungsi sel usus
2. Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut
3. Memberikan keseimbangan dlm kebthan dan meningkatkan proses penyembuhan / meningkatkan koping emosional.

-Dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsis,abses, peritonisis
- Menurunkan resiko penyebaran bakteri
- Mingkin diberikan secara profilaktik/menurunkan jumlah organism unyuk menurunkan penyebaran danb pertumbyhanya pd rongga abdomen
- Dapat dipelukan untuk mengalirkanb isi abses terlokalisir.